• Home
  • Home
  • Home

Senin, 09 Januari 2012

IPA atau IPS? Sama Saja!

IPA atau IPS?
Sama Saja

“Bapak dan Ibu tidak mau tahu nak, pokoknya kamu harus masuk IPA, titik!
Mungkin ada diantara kita yang pernah dapat kata-kata “sakti” itu dari orang tua. Ya, kebanyakan orang tua memang menginginkan anaknya masuk disiplin IPA saat penjurusan kelas XI di SMA. Tidak peduli minat anaknya, yang penting harus masuk IPA. Memang, anggapan yang berkembang di masyarakat saat ini menempatkan IPA sebagai favorit (lebih bergensi dari IPS). Selain dianggap lebih “cerdas”, anak IPA juga dipandang lebih santun daripada anak IPS yang begajulan. Bahkan akademi militer (untuk kadet) pun hanya menerima lulusan IPA sebagai anggotanya. Sementara IPS “hanya” kebagian yang berurusan dengan administrasi militer.

Tapi saya disini bukan untuk “mendewakan” IPA (jurusan dan anak-anaknya). Juga tidak berniat menjatuhkan IPS (ya iyalah, wong saya ini anak IPS kok, wkwkwkwk). Saya disini hanya sebatas berusaha untuk mengubah paradigma masyarakat seperti yang tersebut diatas. Saya hanya berusaha agar teman-teman bisa memandang segala sesuatu dari dua sisi (tidak melulu dari satu pendapat saja). Ok, mulai ke pokok permasalahan. Tulisan ini murni karya saya, dan saya bertanggungjawab atas segala sesuatunya. Ini pendapat saya pribadi, murni dari pengalaman saya semasa SMA dan sama sekali tidak ada motif provokasi. Semoga terhibur. :)

Anak-anak IPS memandang Anak-anak IPA
  • “He, anak IPA itu kurang kerjaan ta? Kok air diem-diem dipentelengin gitu?”

Itu kata-kata teman saya waktu anak IPA praktek menguji kadar ph atau tingkat keasaman air di Laboratorium. Ya, wajarlah kalau teman saya bicara seperti itu, karena memang kita tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan. Tapi untuk kadar keasaman ini saya sedikit banyak tahu (benerin ya kalau salah, hehehe). Kalau ph nya 7,0-7,2 itu termasuk dalam kondisi air normal. Kalau <7 itu termsuk klasifikasi air tercemar (air sungai atau air got). Kalau >7 termasuk kategori asam basa (sabun, air gula). Ya, cukup anak-anak, pelajaran Kimia hari ini selesai, silahkan berkemas untuk pulang. Hahahahaha
  • Pernyataan diatas itu dilontarkan teman laki-laki saya. Sekarang mari simak komentar teman-teman perempuan saya atas “kejanggalan” yang dilakukan anak IPA, hehehe.
“Iiihh anak IPA itu jorok banget sih, kejem lagi. Masa kodok dibelah-belah kayak gitu? Gak punya perasaan kali ya? Udah gitu bau amis lagi.”
Harap maklum ya, cewek kan 99% pola pikirnya berdasar perasaan. Jadi hatinya mudah tersentuh kalau ada “penganiayaan” seperti itu, hhe. Kalau gak salah (ya bener), membelah kodok itu untuk mengetahui sistem yang ada dalam tubuh kodok tersebut. Misal sistem pencernaan atau  sistem pernafasan. Baiklah anak-anak, kisi-kisi untuk ujian Biologi besok selesai saya sampaikan. Jangan lupa rajin belajar dan berdoa. Supaya nilai kalian tidak sama hancurnya seperti muka kalian. :p hahaha

Anak-anak IPA memandang Anak-anak IPS
Saya punya banyak teman anak IPA. Dari teman band, teman teater, teman futsal, atau sekedar teman untuk nongkrong. Mereka juga gak mau ketinggalan loh kasih komentar seputar “fenomena” yang terjadi pada anak-anak IPS. Dibawah ini ada sebagian komentar yang saya dengar langsung dari teman-teman IPA.
  • “He tur, anak-anak kelasmu (XII IPS 1) itu kok santai banget sih? Waktu jam pelajaran kok malah jalan-jalan keliling sekolah? Jam nya kosong terus ta?”

Hahahaha, bukan karena jam kosong kita jalan-jalan keliling sekolah (baca: kabur dari kelas). Tapi memang dasarnya kita aja yang males ikut pelajaran, wkwkwk. Kadang ini terjadi sama mata pelajaran yang super membosankan atau sulitnya minta ampun. Atau bisa jadi pengajarnya gak asik. Karena anak-anak IPS memang cenderung suka tantangan dan menghindari kegiatan yang membosankan. Pernah waktu pelajaran Agama (pengajarnya masih PPL). Karena orangnya kaku dan seriusnya minta ampun, kita keluar kelas menuju lapangan tenis untuk main futsal. Keren kan? Wkwkwk
  • “Memang kelas IPS gak pernah dapet tugas ya tur? Kok setiap hari kalian kerjaannya nongkrong terus? Ya di sekolah lah, di angkringan lah, di tandon lah, di McD lah.”

Sebelum saya berikan jawaban, mari simak slogan anak IPS “Everyday is Holiday”. Tugas kita sama banyaknya kok seperti halnya anak IPA. Malah mungkin lebih banyak, karena hampir setiap tugas harus ada makalah, ppt, dan harus dijelaskan ke depan kelas. Tapi ya itu tadi, sebanyak apapun tugas, serumit apapun ujian (harian atau akhir), prioritas kita tetap santai-santaian dan menikmati hidup. Ada alokasi waktu untuk belajar, tapi waktunya gak lama. Karena buat kita, gak perlu belajar terlalu serius dan lama. Buat kita belajar itu harus menyenangkan dan cukup sekedarnya saja, asalkan rutin dan berkelanjutan.
Poin-poin diatas adalah sekelumit pendapat masing-masing kelompok tentang kelompok lain. Dan menurut saya pendapat mereka muncul sebatas karena rasa ingin tahu saja, tidak ada motif untuk mengejek atau menjatuhkan. Sekarang saya akan mencoba membeberkan beberapa fakta menarik seputar anak IPA dan anak IPS. Sekali lagi ini pendapat saya pribadi, jadi saya bertanggung jawab atas semua ucapan yang terlontar dari tulisan ini. Check this out!

Fakta-Fakta Menarik Seputar Anak IPA dan Segala Tetek Bengeknya
1.      Sangat telaten (teliti). Untuk ini saya acungkan dua jempol. Saya kadang kagum atas ketelitian yang ditunjukkan lewat ucapan dan perbuatan anak IPA. Mungkin hal ini dipengaruhi oleh sebagian besar disiplin ilmu mereka yang menuntut ketelitian tingkat tinggi, contoh: Matematika, Fisika, Kimia, dll.
2.      Suka hal-hal yang pasti. Ini juga dipengaruhi oleh disiplin mereka yang mengajarkan ilmu-ilmu pasti. Mereka diajarkan, bahwa 1+1=2.
3.      Sangat rajin. Ya, kebanyakan teman IPA saya sangat rajin entah dalam belajar maupun mengerjakan tugas. Disaat saya sibuk mencari chord gitar untuk lagu-lagu Dream Teather, mereka dengan asyiknya menyelam ke “samudra rumus-rumus” pelajaran Matematika, contoh: Integral, differensial, kalkulus.
4.      Mukanya kusut (hahaha, maaf ya baca penjelasannya dulu). Mereka kadang murung karena nilai Kimia anjlok atau Fisika yang “sangat mudah” untuk dipahami, hhe. Beda sama anak IPS. Setiap hari mereka akan berbinar-binar karena semalam baru saja menemukan tempat nongkrong yang baru. Tidak perduli nilai jongkok atau banyak tugas. Wkwkwk
5.      Ada beberapa yang terserang tekanan mental. Jangan ketawa! Ini saya serius. :p Pernah ada teman saya (IPA) yang curhat. Dia datang ke saya dengan wajah lungset dan suara yang gak semangat. Dia bilang kalau udah gak kuat di IPA. Dia bingung apa itu Relatifitas Waktu, Kadar ph, Matriks, dan segala tetek bengek mata pelajaran IPA. Ditambah lagi dengan guru yang killer! Ketika saya tanya mengapa kok bisa begini? Dia jawab sebenarnya dia minat ke IPS. Nilainya pun tidak memadai jika tetap dipaksakan masuk IPA. Tapi karena orang tuanya bersikeras agar dia masuk IPA, dia terpaksa menuruti mau orang tuanya. Karena dia pikir, orang tua pasti tahu yang terbaik untuk anaknya. Orang tua teman saya tersebut ingin kelak teman saya menjadi Arsitek. Padahal teman saya bercita-cita menjadi Seniman. Nah loh? Ini juga jadi pelajaran buat kita. Kalau kelak jadi orang tua jangan selalu memaksakan kehendak. Terkadang orang tua harus mengikuti maunya anak, karena toh orang tua juga manusia, tidak selamanya benar!
Lima poin diatas adalah sedikit tentang fakta anak-anak IPA. Saya yakin masih banyak fakta-fakta menarik yang belum tercantum dalam tulisan ini mengenai anak IPA. Sekarang, mari kita simak fakta-fakta menarik tentang anak IPS. Jurusan saya! Wkwkwk

Fakta-Fakta Menarik Seputar Anak IPS dan Segala Tetek Bengeknya
1.      Santai dan cenderung menikmati segala suasana. Apapun kondisinya, dimanapun tempatnya, kapanpun waktunya, kita anak IPS selalu enjoy dan menikmati segala sesuatunya. Sekalipun nilai rapor dibawah KKM, kita santai. Kita melihat sisi positifnya. Kita bisa lebih dekat dengan Guru mata pelajaran, dan belajar banyak dari beliau tentang apa-apa yang kurang dipahami.
2.      Suka nyepik (nge-Gombal). Nah, ini yang patut diwaspadai sama kaum hawa! Kalau kalian dirayu/dipuji cowok-cowok IPS, jangan langsung percaya! Bisa jadi itu Cuma taktik mereka aja untuk dapetin cinta kalian.wkwkwkwk. Mungkin ini berkat sebagian mata kuliah kita yang menuntut aktif berbicara dan tidak harus sesuai dengan teks (buku). Kita dituntut untuk bisa berimprovisasi. Jadi, 1+1 tidak selalu dua. Menurut saya, 1+1=0. Kok bisa? Sekarang perhatikan konteks ini. Jika ada satu orang takut setan dan tidak berani masuk tempat angker, kemudian datang satu orang lagi yang takut setan. Otomatis kadar ketakutannya akan berkurang atau bahkan hilang dan akhirnya mereka berdua berani masuk ke sebuah tempat angker. Hal ini karena disebabkan faktor ada tambahan satu orang tadi. Intinya, Satu orang takut+Satu orang takut= Nol orang takut (tidak ada). Bingung? Kurang jelas? Wong saya aja nulis ini juga bingung kok. Wkwkwk
3.      Wajah ceria dan penuh senyum. Ini ada hubungannya dengan poin pertama. Karena kita memandang segala sesuatunya dengan santai dan tanpa beban. Memang ada kalanya kita serius, tapi itu terjadi hanya sebentar. Setelah itu ya senang-senang lagi.
4.      Dianggap berandal. Ini anggapan masyarakat yang salah. Mereka hanya menilai sesuatu dari luarnya. Apa mereka tidak pernah diberi petuah “Don’t judge the book by the cover”? Tidak selalu kita berpenampilan dan berbuat acak-acakan lalu otak kita juga acak-acakan.
5.      Suka petualangan (baca: mbolang). Hampir setiap hari (waktu SMA) saya dan teman-teman selalu pergi kemanapun kami suka. Bisa di Sidoarjo sendiri, atau cari sensasi lain dengan gowes ke Taman Bungkul (SBY), bisa juga sedikit refreshing ke Tretes (ehm, ehm). Ada kepuasan tersendiri ketika kita pergi ke tempat-tempat tersebut bareng teman sekelas atau teman se jurusan IPS.

Lima poin diatas merupakan sedikit fakta tentang anak IPS. Dan masih banyak fakta menarik lagi mengenai “luar biasanya” anak IPS.

Jujur, saya tidak pernah beranggapan bahwa IPS lebih baik dari IPA atau sebaliknya. Segala sesuatunya sudah diatur sama yang diatas, dan tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing bukan? Saya memang bangga jadi anak IPS, di sisi lain saya juga bahagia punya teman-teman yang luar biasa menyenangkan dari anak IPA. Untuk di SMAN 1 Sidoarjo sendiri hampir setiap kelas IPA ada teman-teman akrab saya. Entah itu teman seangkatan, adik kelas, atau bahkan kakak kelas. Saya tidak melulu bergaul dengan anak IPS saja, saya juga butuh akrab dengan anak IPA agar bisa mengambil banyak nilai positif dari mereka. Sedikit pengalaman saya. Saya sangat akrab dengan anak kelas XII IPA 4 (p4p4t). Saya sering “bertamasya” atau sekedar ngobrol dengan mereka. Mereka asyik, seru, humoris, dan tidak pilih-pilih teman. Kalau mereka ada kegiatan mancing di hari libur, saya selalu ikut. Ya, walaupun tidak diundang (diajak) pokoknya saya ikut, hahahahaha. Saya juga ingat betul bagaimana serunya nonton bareng mereka di Cito. Kadang kalau di kantin, saya juga ikut nimbrung sama mereka. Ya, walaupun gak direken pokoknya saya ikut aja, wkwkwk. Saya nyaman dengan cara bergaul mereka. Para lelakinya yang maho-maho itu (Enda dan Pi’i, wkwkwk), kaum hawanya yang cerewet bukan main (Cagak, Pipit, Inaya, heheheh piss), dan selalu ada aja kegiatan menarik yang dibuat mereka. Intinya saya seneng bisa kenal kalian semua (sisba smanisda 2008), gak mandang IPA atau IPS. Saya juga pengen banget, gak ada lagi yang ngeremehin anak IPS dengan bilang bahwa IPA lebih bergengsi dari IPS. Karena buat saya, semua sama saja. Sama-sama asik!
Sekian tulisan singkat dari saya. Semoga bermanfaat. Sekali lagi saya bertanggung jawab atas sebiji Zahra pun dalam tulisan ini. Dan jika ada yang “kurang pas”, jangan sungkan-sungkan kasih kritik dan saran. :)

Sisbaaaaaaaaa
Duh aduh enake, duh aduh senenge, jadi siswa Smanisdaaaaaa…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Website Templates by Body Fat Caliper, Christmas Dress