IRONI
Hari ini lain dari sebelumnya. Bagaimana tidak? Inilah saat dimana saya akan menyatakan perasaan cinta kepada wanita yang selama ini saya suka. Tiara namanya. Penampilan oke, wajah berseri bak mawar tanpa duri, dan otak cemerlang. Pria mana yang tidak kepincut?
Semua sudah saya persiapkan. Dari penampilan, kata-kata gombal, sekuntum bunga mawar hasil nyolong kebun tetangga, sampai mental yang kuat (kalau-kalau cinta saya ditolak). Namun, ada satu kalimat yang begitu membakar semangat saya untuk menyatakan cinta, “Diterima atau ditolak itu urusan nanti, yang penting berani ngomong dahulu”. Saat yang ditunggu tiba. Pukul satu siang di taman kampus.
“Tiara, jangan pulang dulu ya. Saya ingin bicara sama kamu”. Saya mulai melancarkan serangan.
“Iya Guntur, memangnya kamu ingin bicara tentang apa?”. Balas Tiara.
“Saya heran, hari ini mataharinya kok ada tiga ya? Satu di awan, dua lagi di mata kamu”. Serangan pertama meluncur.
“Eeyaaa. Mulai gombalnya. Cabai campur lodeh, capai deh.” Sahutnya.
“Eh, saya nggak lagi nggombal kok. Serius. By the way, kamu suka Jamrud ya?”. Serangan kedua dilancarkan.
“Loh, kok tahu?”. Tanya Tiara.
“Karena saya melihat ada pelangi di matamu. hehehe”.
“Ih kumat. Sudahlah Tur, sebenarnya kamu itu mau ngomong apa sih ?”.
“Begini Ti. Saya itu suka sama kamu dari dulu. Maukah kamu menjadi ratu di kerajaan hati saya?”. Ucap saya serius. Ya, kali ini saya benar-benar serius.
“Maaf ya Tur, bukannya saya nggak mau sama kamu tetapi saya kan belum boleh orangtua berpacaran. Jadi, kita berteman saja dahulu ya. Sekali lagi, Tiara minta maaf.” Jawab Tiara tegas.
Jeddddieerrrrr! Seperti petir di siang bolong. Jawaban Tiara begitu tidak terduga dan diluar perkiraan. Sekarang saya kurang apa coba? Motor punya (walaupun masih kredit sih), tampang tidak jauh beda sama CR7, dan cerdas bagai keledai. Saya begitu terpukul, rasanya seperti jatuh dari lantai teratas Gedung Rektorat UB ditambah tertimpa gazebo FK. Lemas, lunglai, dan sedih campur aduk menjadi satu kesatuan elemen yang tidak terpisahkan.
Malam hari setelah kejadian naas itu, saya menceritakan hal tersebut kepada teman dekat saya. Bukannya mendapat dorongan semangat teman saya malah berujar, “Tur tolong diingat ya! Kalau mau dapat pasangan itu lakukanlah tiga hal. Yang pertama berusaha. Kalau berusaha gagal, lanjutkan dengan kedua yaitu berdoa. Nah, kalau dua-duanya tetap gagal maka selayaknyalah kamu BERCERMIN!” Alamak! Ada penekanan ketika teman saya mengucapkan kata terakhir, dan itu membuat saya semakin patah arang.
Saya semakin jatuh ke jurang keputusasaan. Hingga akhirnya, satu minggu setelahnya saya dilarikan ke rumah sakit akibat kondisi kesehatan yang semakin menurun. Ada satu hal yang selalu saya ingat tentang rumah sakit. Diawal perawatan suster akan selalu mengatakan, “Makannya yang cukup ya pak, istirahatnya yang cukup ya pak, minum obatnya secukupnya saja ya pak!”. Tetapi diakhir perawatan, suster pasti mengatakan, “Biayanya yang cukup ya pak!”. Beli satai di warung Pak Dedeh, capai deh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar