• Home
  • Home
  • Home

Kamis, 18 Agustus 2011

Harmony in Diversity


HARMONY IN DIVERSITY
                Keselarasan dalam keberagaman. Ya, jargon itulah yang hingga kini menjadi pemersatu Indonesia. Atau yang lebih akrab disebut Bhinneka Tunggal Ika. Betapa tidak, lima agama, ratusan suku, ratusan aliran kepercayaan, ratusan ras, dan lainnya menyatu dalam satu negara bernama Indonesia.
                Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk dan ciri yang berbeda-beda. Baik itu dilihat dari segi fisik ataupun sifat. Ada yang berbadan tinggi jangkung, adapula yang pendek. Ada yang berkulit putih, ada juga yang berkulit hitam. Untuk apa kita berbeda ? Jawabannya hanya satu, kita diciptakan berbeda agar dapat bersatu. Lho kok ? Sekarang coba bayangkan sepasang suami istri yang mempunyai kesamaan dalam segala hal. Hobi sama, makanan kesukaan sama, selera fashion sama, semuanya sama. Apakah itu menjamin rumah tangga mereka langgeng ? Justru sebaliknya. Kesamaan dalam segala hal akan mendorong rasa bosan. Dapat dipastikan bahwa dua orang atau lebih yang mempunyai kesamaan dalam segala hal yang berada dalam tempat dan waktu yang sama, tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Disinilah letak manfaat dari perbedaan. Perbedaan dapat merobohkan tembok kebosanan. Keberagaman bisa menjadi lem perekat kesatuan. Lebih jauh lagi, perbedaan atau keberagaman bisa menyadarkan kita bahwa betapa besar karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
                Saya akan sedikit bercerita tentang kekuatan perbedaan yang saya alami sendiri. Sewaktu SMA, saya mempunyai sebuah grup band bernama Sakalangkong. Jangan dibayangkan Sakalangkong terbentuk atas dasar persamaan latar belakang. Satu per satu anggota mempunyai latar belakang berbeda. Mulai dari aliran musik, agama yang dianut, sampai ras dan suku pun kami berbeda. Ada yang ter influence rock, pop, progresiv, sampai classic. Ada yang Islam, ada pula yang Kristen. Ada yang Jawa, Batak, Arab, bahkan blasteran Indo-Belanda. Awalnya saya sedikit pesimis kelompok kami akan berkembang dengan melihat jurang perbedaan yang begitu dalam diantara kami. Namun seiring berjalannya waktu, perbedaan itulah yang menjadi kekuatan utama kelompok kami. Bisa dibayangkan, bagaimana jika rock, pop, progresiv, dan classic digabung dalam suatu komposisi musik. Ya, luar biasa. Berkat gabungan dari beberapa aliran musik tersebut, kelompok kami berhasil merajai festival untuk beberapa waktu. Bisa dibayangkan, bagaimana jadinya orang Jawa, Batak, dan Arab berbincang-bincang. Ya, yang terjadi adalah saling sahut menyahut, sanggah menyanggah, yang justru menjadikan perbincangan selalu menarik dan mengundang gelak tawa. Kelompok kami pun sangat toleran dalam hal kepercayaan. Yang Kristiani selalu mengingatkan yang Muslim jika waktu shalat tiba, untuk segera menunaikan kewajibannya. Yang Muslim pun memahami dengan tidak mengadakan latihan setiap hari minggu, saat semua umat Kristen beribadah di gereja. Pada akhirnya semua perbedaan itu membuat kelompok kami selalu merasa akrab satu sama lain. Selalu ada perasaan guyub, senang, dan saling memiliki setiap kami berkumpul. Saya membayangkan jika yang terjadi pada kelompok kami juga terjadi di setiap jengkal tanah Indonesia. Tidak akan ada lagi, konflik horizontal, perusakan tempat ibadah, bentrok atas nama agama, membunuh dengan mengatasnamakan Tuhan, dan segala bentuk perbuatan yang meresahkan masyarakat. Yang terjadi di Indonesia adalah, masyarakatnya belum memandang Perbedaan sebagai alat pemersatu bangsa, Masyarakat belum sepenuhnya memahami betul seluk beluk Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga Perbedaan dijadikan alasan untuk berbuat yang tidak semestinya.
                Semoga ke depan Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya menjadi jargon belaka. Lebih dari itu, Bhinneka Tunggal Ika bisa merasuk dalam setiap jiwa rakyat Indonesia. Sehingga akan tercipta kehidupan bermasyarakat yang madani, tentram, guyub, gotong-royong, saling memiliki, saling tolong – menolong, dan sejahtera.

“ Tuhan tidak menciptakan Perbadaan agar kita saling membenci. Dia menciptakan perbedaan agar kita dapat bersatu dan merasa saling memiliki. “
















Muhammad Guntur Kurniawan
Fakultas Ilmu Budaya
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Website Templates by Body Fat Caliper, Christmas Dress