• Home
  • Home
  • Home

Selasa, 13 September 2011

Guntur

          
             Nama saya Muhammad Guntur Kurniawan. Menurut cerita ibu, nama ini ada berkat 'urunan' dari tiga orang. Muhammad adalah pemberian nenek saya yang artinya lebih kurang teladan atau orang yang patut dicontoh. Sementara Guntur adalah usulan bapak saya. Pemberian nama Guntur berkaitan dengan waktu kelahiran saya yang pada waktu itu sedang hujan deras diiringi sambaran petir. Lalu Kurniawan adalah pemberian salah seorang saudara, karena sesaat setelah saya lahir keluarga besar saya mendapat karunia yang luar biasa dari Allah SWT. Saya lahir di sebuah desa bernama Celep yang terletak di tengah Kota Sidoarjo pada Jumat 13 September 1993,  2 Rabi'ul Awal 1413 Hijriah, Jumat Wage malam Sabtu Kliwon. Saya sangat menyenangi musik, oleh karenananya saya rajin bermusik utamanya gitar. Ada alasan tersendiri mengapa saya memilih gitar sebagai 'pegangan'. Orang kebanyakan berkata, " pria yang tidak bisa bermain gitar adalah belum sepenuhnya menjadi seorang pria ". Sudahkah anda para pria bisa memainkan gitar ?

            Saya menempuh pendidikan TK di TK Islam Celep. Kemudian dilanjutkan ke SDN Larangan. Sempat terjadi perdebatan antara ibu dan bapak ketika hendak memasukkan saya ke SD atau MI. Ibu memilih MI agar dasar agama saya kuat, sedang bapak cenderung memilih SD karena akademiknya lebih bagus. Hanya satu tahun saya mengenyam bangku SDN Larangan, karena harus ikut bapak dinas di SDN Sidokare 3. Otomatis saya ikut pindah sekolah ke SDN Sidokare 3. Lulus SD saya diterima di SMPN 3 Sidoarjo ( salah satu SMP favorit di Sidoarjo ).  Setelah itu saya diterima di RSBI SMAN 1 Sidorajo yang notabene adalah sekolah favorit di Sidoarjo bahkan Jawa Timur. Puncaknya saya berhasil menembus Universitas Brawijaya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

              Sedari kecil saya bercita-cita menjadi seorang guru. Karena menurut saya tanpa guru tidak akan ada dokter, polisi, ilmuwan, TNI, dan lain-lain. Namun seiring berjalannya waktu saya juga berkeinginan menjadi seorang musisi. Pada akhirnya nasib membawa saya lebih dekat dengan cita-cita saya yang pertama. Dengan catatan tidak serta merta menghapus mimpi saya menjadi musisi di kemudian hari.

             Untuk pengalaman organisasi, saya pernah menjabat sebagai Sie Kesenian di OSIS SMAN 1 Sidoarjo. Selain itu saya juga memegang tampuk kepemimpinan Organisasi Futsal SMAN 1 Sidoarjo. Di bidang musik saya pernah menjuarai beberapa perlombaan, diantaranya :

  • Juara 3 Musikalisasi Puisi se-Jawa Timur ( 2009, Unesa )
  • Juara 2 Cipta Jingle HIV/AIDS ( 2009, Sidoarjo )
  • Juara 3 Festival Band Pelajar ( 2009, Sidoarjo )
  • Juara 1 Drama Pelajar ( 2010, Sidoarjo )
  • 25 besar Honda Band Detcon Jawa Pos ( 2009, Surabaya )
  • Peringkat 1 Band, Gelar Seni Smanisda ( 2010, Smanisda )
  • Peringkat 3 Band, Gelar Seni Smanisda ( 2011, Smanisda )
  • Peringkat 2 Band, Gelar Seni Spentigda ( 2008, Spentigda )
  • The Best Guitarist, Gelar Seni Spentigda ( 2008, Spentigda )

Selain itu saya juga pernah diundang sebagai guest star pada peringatan Hari Anti Korupsi 2009, peringatan Hari HIV/AIDS 2010 di Pendopo Delta Wibawa,  Honda Goes to School 2009, Grand Opening Ponti Cafe 2008, dan masih banyak lagi acara yang pernah saya meriahkan.

Jumat, 09 September 2011

Parikan Ndawul


Posting kali ini khusus saya buat untuk membuktikan jika saya mencintai Jawa. . hhe . Parikan dibawah ini karangan saya asli lho. :D. Parikan adalah pantun dalam Bahasa Jawa. Parikan sendiri mulai populer ketika menjadi salah satu aksi wajib dalam Ludruk. Parikan bisa digunakan untuk menyisipkan nasihat, guyonan, atau saling ejek. Tidak perlu panjang lebar ya, monggo disekecakaken. .

Mie godhok dikeki lontong
Campur lodeh enak tenan
Dadi wong ojo sombong
Sombong iku bolone setan

Pak Ustadz nggawe kpyah ireng
Ketok apik lan gagah tenan
Tresno iku nggarai gendeng
Yen gak dibarengi karo iman

Limbad mangan beling ojo ditiru
Beling'e landhep yo mesti wae
Yen koe lahir melarat, iku salah wong tuomu
Yen koe mati tetep melarat, iku salahmu dewe

Layah diwalik ketok ireng'e
Bareng didelok onok bumbu pecel'e
Wayah enom akeh nyesel'e
Bareng wis tuek akeh nyesel'e

Mancing lele nang sumur mburi
Ojo lali nggowo cacing'e
Dadi lanang kudu iso ngimami
Mengko ben ditiru anak-anak'e

Manuk emprit menclok nang wit waru
Dadi murid kudu hormat marang guru

Nggowo gelas nggawe baki
Ati-ati ojo sampek mlengse
Onok maksiat ojo dicedeki
Yen wes nyemplung angel mentase

Rabu, 07 September 2011

Lesu, Wajah Indonesia Kini

Lesu, Wajah Indonesia Kini



“Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”

            Sepenggal lirik lagu Koes Plus diatas lebih dari cukup untuk menggambarkan betapa kaya Indonesia. Negara dengan 13.000 pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Negara dengan luas hutan 133.300.543,98 ha. Ini mencakup kawasan suaka alam, hutan lindung, dan hutan produksi. Negara yang menklaim memiliki tanah paling subur di dunia, dan memang terbukti. Negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia, sebesar 170 trilyun kaki kubik. Dan masih banyak lagi kekayaan yang terkandung di bumi pertiwi.

Tetapi apa yang terjadi sekarang ? Kemiskinan, Kebodohan, KKN, Konflik horizontal, seperti sudah menjadi hal wajar di Indonesia. Menurut survey Freedom Barometer Asia 2010, Indonesia menempati peringkat ke-6 negara terkorup di dunia. Bahkan lembaga survey internasional lain menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup se-Asia Pasifik. KPK, melalui ketuanya mengatakan total kerugian negara akibat korupsi mencapai angka 96 trilyun rupiah, dan hanya sekitar 7,9 trilyun yang berhasil diselamatkan KPK. Wow ! angka yang fantastis untuk ukuran negara berkembang seperti Indonesia. Mungkin angka itu bisa bertambah seiring dengan beberapa kasus korupsi yang mulai terkuak.

Di bidang pendidikan, wajib belajar sembilan tahun masih sebatas pepesan kosong. Masih banyak masyarakat khususnya di daeerah pinggiran yang hanya lulusan Sekolah Dasar. Kebanyakan dari mereka menjadikan keadaan ekonomi sebagai alasan untuk tidak menuntut ilmu. Para orang tua lebih condong mengarahkan anak-anaknya untuk bekerja daripada mengenyam bangku sekolah. Tidak heran bila angka buta huruf di Indonesia menembus angka 9,1% atau sekitar 20 juta orang dari total penduduk Indonesia. Memprihatinkan, itulah kata yang tepat untuk merepresentasikan keadaan bangsa kita saat ini.

Dahulu, bangsa kita terkenal akan kerukunan antar umat beragama. Semua orang bebas untuk memeluk agama dan menjalankan ibadahnya masing-masing. Namun sekarang yang terjadi adalah semakin banyak oknum yang melakukan kekerasan atas nama agama. Mereka dengan seenak jidatnya membunuh orang, melakukan aksi bom bunuh diri atas nama jihad fisabilillah, merusak fasilitas ibadah agama lain, dan mengecap kafir orang di luar keyakinannya. Bom Bali I dan II, Bom JW Marriot, Bom Kantor Kedubes Australia, Konflik Ambon, Konflik Poso, adalah bukti bahwa kerukunan beragama kita sudah semakin merosot.

Dengan segala permasalahan yang mendera bangsa kita, pertanyaannya apakah Indonesia bisa pulih dan menjadi bangsa yang disegani seperti dahulu ? Jawabannya, Ya ! Jelas kita harus dan pasti bisa. Untuk itu harus dibangun sinergi antara pemerintah dan rakyat dengan berdasar Pancasila dan UUD 1945. Kita bisa kok memberantas korupsi. Kita mampu kok mengentas kebodohan dan kemiskinan. Kita bisa kok membangun hubungan harmonis antar umat beragama. Saya yakin karena Indonesia memiliki semua potensi untuk melakukan perbaikan di segala bidang. Kita sebagai manusia hanya mampu berusaha dan berdoa, pada akhirnya Tuhan lah yang menentukan.





Kibarkan Merah Putih di puncak tertinggi
Tancapkan tiangnya
Di tiap jengkal sudut hati pemilik negeri
Balutlah luka jiwa yang merana
Tancapkan tiangnya
Di tiap jengkal sudut hati pemilik negeri
Rangkul raga dalam perbedaan
Bersatu di deretan khatulistiwa
Genggam jiwa dalam kebersamaan
Bersama kita jaga indahnya Indonesia




 
Website Templates by Body Fat Caliper, Christmas Dress